Film P.K
RESENSI
FILM P.K ( peekay)
Pemain:
Aamir Khan
sebagai
P.K,
Anushka
Sharma
sebagai
Jagat
Janani / Jaggu, Sanjay Dutt
sebagai Bhairon
Singh, Boman
Irani sebagai Cherry
Bajwa,
Saurabh
Shukla sebagai Tapasvi
Maharaj,
Sushant
Singh sebagai Rajput
Sarfraz Yousuf,
Parikshat
Sahni sebagai Ayah Jaggu’s,
Amardeep
Jha sebagai Ibu Jaggu’s,
Sutradara
:
Rajkumar
Hirani
Durasi
:
2,5 jam
Pk adalah
kependekan dari (pee-kay
dalam
bahasa hindi berarti mabuk). Film ini menceritakan tetang seorang
alien yang turun ke bumi dari sebuah benda berbentuk piring terbang
(orang-orang menyebutnya UFO), Ia turun ke bumi dengan tidak
menggunakan sehelai kain pun, dengan sebuah kalung yang berbentuk
sebuah lingkarang berwarna biru. Dan sang narator mengatakan bahwa
benda itu disebutnya sebagai remot yang bisa membawanya kembali ke
planet asalnya. Namun, ketika baru saja turun, remotnya itu diambil
oleh seorang lelaki paruh baya. Ia pun mengejar orang itu, namun
bukannya remot yang ia dapat ia malah mendapatkan tape
radio
milik orang tersebut.
pria asing
yang disebut dengan PK. Karena tingkah lakunya yang aneh dan dan
sedikit gila dia dijauhi oleh masyarakat. Setiap hal yang dilakukan
selalu menjadi bahan tertawaan dan cemoohan masyarakat yang
melihatnya. Namun pria ini mempunyai rasa ingin tahu seperti anak
kecil. Disamping dia menjadi bahan tertawaan dan cemoohan orang-orang
dia juga mempunyai teman yang setia sekaligus musuh yang sangat kuat.
Pk melakukan sebuah perjalanan spiritual untuk menjawab segala ingin
tahunya. Dari perjalanan itu dia menemukan arti persahabatan yang
dimilikinya, berawal dari dua orang asing yang ditemuinya dari dunia
yang berbeda.
Pria aneh
ini hadir di tengah-tengah kota dan melakukan hal yang tidak seperti
kebanyakan manusia lainnya. Tidak ada yang tahu siapa namanya hanya
saja inisialnya PK orang-prang tidak mengetahui siapa PK. Pemuda ini
selalu mengundang rasa ingin tahu bagi setiap orang. Tingkah dan
sikapnya yang unik selalu menjadi pusat perhatian orang-orang.
PK
ini tengah mencari remotnya yang hilang dicuri. Namun, setelah
meminta tolong polisi, ia malah dikatai mabuk (PK atau pee-kay).
Setelah bertanya pada banyak orang tentang remotnya, semua orang
menjawab, ‘hanya Tuhan yang dapat menolongmu’, membuatnya
bertanya siapa Tuhan ini.
Film
ini membuat saya tertawa terpingkal-pingkal ketika PK masuk ke satu
tempat ibadah yang satu ke tempat yang lain. Ia membawa sesembahan ke
dalam kuil dan berdoa pada Tuhan. Ia membawa wine.
Ia pun sholat. Tujuannya hanya satu meminta kepada Tuhan agar
remotnya kembali.
Suatu
hari di tengah keramai banyak orang, ia bertemu dengan orang yang
mirip dengan Dewa Syiwa dan meminta remot miliknya untuk
dikembalikan. Tentu saja orang ini terkejut dan kebingungan, karena
ia hanya seorang pelakon dalam drama yang memainkan peran sebagai
Dewa Syiwa bukan dewa sungguhan. PK pun mengejarnya dan sampai ke
sebuah seminar yang diceramahi oleh Tapasvi-ji. Tapasvi-ji mengatakan
bahwa ia baru saja dari himalaya dan bertemu Tuhan dan memberikannya
sebuah benda yang amat keramat. Benda itu tak lain adalah remot milik
PK. PK pun langsung naik ke atas panggung dan mencoba meraih benda
miliknya. Tapi, Tapasvi-ji langsung memanggil security
dan membuang PK. PK pun berpendapat bahwa Tapasvi-ji adalah seorang
pemuka agama yang banyak membual.
Kelebihan :
film ini
menceritakan bahwa dalam sebuah agama seringkali ada orang yang
memanfaatkan kelebihannya dalam ‘mencapai’ Tuhan (pemuka agama)
memanfaatkan kelemahan iman orang lain untuk menghasilkan uang. Hal
inilah yang diluruskan dalam film ini bahwa, dalam agama manapun,
kita tak perlu pergi ke seorang pemuka agama untuk menuju Tuhan. Tapi
kita sendiri juga bisa secara langsung menuju Tuhan.
Kekurangan
: film ini banyak menuai kontroversi dimulai dari Adegan yang mungkin
membuat beberapa pihak tidak terima adalah ketika PK mendatangi
Tapasvi-ji dan menanyakan tentang agama apa yang dianut oleh lima
orang yang dibawa oleh PK. Kelima orang tersebut memang memakai baju
yang sudah menjadi ciri khas dengan Hindu, Katolik, Sikh, Jain, dan
Islam. Tapi PK menukar pakaian kelima orang tersebut dan tidak sama
dengan agama masing-masing. Pesan yang dimaksudkan dalam adegan ini
adalah bahwa seorang yang beragama seringkali terjebak pada pakaian
yang dipakai dan juga adegan PK yang tidak menggunakan pakaian alias
telanjang.
0 komentar:
Posting Komentar